Review Limitless Season 1: Nagih Sampai Ending

Hiburan yang akhir-akhir ini saya nikmati dalam TV Series Barat yaitu Limitless Season 1. Jumlah episode yang lumayan banyak karena biasanya suka drama yang singkat-singkat kayak bahasa sms yang suka disingkat-singkat (ngomong apa seh ini). Total episode Limitless Season 1 ini sebanyak 21 episode. Wew, cukup menguras tenaga karena nontonnya nggak bisa di stop sama sekali. Itu tandanya drama ini bagus kan? Oh, jangan menyimpulkan secepat itu. I’ll explain a lil bit about the series in this review. Baca sampai bawah ya, jangan nyerah! Kalian kan kuat! Stalking mantan aja kuat kok, masak baca review yang amat sangat singkat dan penting banget untuk orang-orang tau gini nggak kuat? *dilempar kaleng rombeng*

Limitless Season 1 ini boleh dibilang berhubungan dengan Limitless movie yang diperankan oleh Bradley Cooper pada tahun 2011. Aw, another my man nih :D. Kemudian pada tahun 2015 diproduksi series yang megambil ide cerita sama dengan versi movie. Lalu apa di versi series ini Bradley akan muncul supaya nggak kabur dari cerita movie? Yes, Bradley Cooper ikutan main meskipun cuma sekelebat aja tapi udah bikin hati saya bahagia (halah). Bradley Cooper juga ambil bagian sebagai Executive Producer dalam produksi Limitless series. Sekece apa sih series yang bergenre science fiction dan comedy drama ini?

Brian Finch dan Rebecca Harris

Brian Finch dan Rebecca Harris

Diceritakan dalam Limitless series ini adalah seorang laki-laki brewok seksi bernama Brian Finch (Jake Mc Dorman) berumur 28 tahun memilih hidup memperjuangkan mimpinya untuk menjadi seorang musisi. Sayangnya Brian kurang beruntung dengan dunia yang dia pilih. Uang bulanan masih minta orang tua, biaya sewa flat pun masih dikasih ayahnya. Suatu hari dia bertemu dengan kawan baiknya saat kuliah yang sekarang sudah sukses berkarir di bidang finance. Muda dan sukses adalah dua hal yang menjadikan teman Brian menjadi terlihat berbeda. Saat Brian menceritakan kesulitannya dengan mempertahankan pilihan dan mimpinya menjadi seorang musisi yang sama sekali nggak menghasilkan uang, ditambah ayahnya sedang sakit bikin cerita lebih dramatis. Teman Brian memberikan satu pil berwarna bening yang katanya bisa membuat hidupnya berubah. Well, Brian yang lagi kalut dan melihat temannya juga baik-baik saja menggunakan pil tersebut langsung menerimanya. Efek dari pil tersebut bisa membuat kemampuan kerja otak menjadi meningkat dan bertahan selama 12 jam. Jadi selama itu orang yang menelan pil tersebut akan menjadi sosok yang berbeda karena tiba-tiba aja jadi jenius. Whoaaa, saya mau!!!

Brian pikir semua masalahnya bisa dia selesaikan berkat pil tersebut tapi justru menggiringnya ke dalam masalah yang pelik. Teman Brian yang memberikan pil tiba-tiba mati terbunuh. Padahal Brian butuh pil tersebut untuk menolong ayahnya yang sedang sakit. Argumen-argumen yang dia katakan bahkan lebih detail dari dokter. Tentu saja berkat pil misterius. FBI menginvestigasi kasus penggunaan pil misterius tersebut yang nama sebenarnya adalah pil NZT. NZT tidak diperjual belikan bebas karena termasuk barang narkotika dengan level paling TOP alias nggak sembarangan orang bisa mendapatkannya karena sedikitnya informasi tentang NZT itu sendiri. Pada akhirnya Brian malah dipertemukan dengan Senator Morra (Bradley Cooper) seorang yang dulunya hanya penulis terpuruk dan sekarang bisa bangkit hingga menjadi sukses. Senator Morra bahkan mencalonkan diri sebagai seorang presiden. Ih waw banget kan? Dari nonthing jadi something. Menurut kalian aneh nggak sih dengan perubahan drastis tersebut? Nah, ini ada kaitannya dengan NZT (tonton Limitless 2011). Morra membantu Brian Finch mendapatkan suntikan imun supaya tidak terkena efek dari NZT. Kenapa Morra membantu Brian? Nah, itu dia yang jadi misteri. Morra memberikan bantuan Brian dengan cuma-cuma tapi ada satu hal yang harus dia lakukan, bekerja dengan FBI.

FBI menangkap Brian dan mengetahui kalo dia menggunakan NZT. Berdasarkan kasus yang sudah ada terhadap pemakaian NZT, mereka mengalami kematian secara perlahan. Efek samping dari NZT menggerogoti tubuh pemakai dan akhirnya membawa mereka pada ajal. FBI nggak tahu kalo Brian sudah disuntik imun oleh Morra, jadi Brian menyembunyikan informasi tentang imun supaya dapat bekerja pada FBI. Toh, FBI mendapat keuntungan dari kecerdasan Brian Finch selama menggunakan NZT. Kasus yang ditangani FBI jadi cepat terselesaikan dan tersangka dapat ditangkap lebih cepat. Dibawah pengawasan agen Rebecca Harris (Jennifer Carpenter), Brian Finch bisa diperbolehkan bekerja di kantor FBI. Brian punya dua pengawal dari FBI supaya nggak kabur saat masih menggunakan NZT. Kenapa pake pengawal segala? Pemakai NZT cenderung lebih cerdik, licik, dan memikirkan tindakan dari berbagai sudut pandang secara cepat. Jatah NZT yang diberikan pada Brian Finch hanya 1 butir sehari dengan lama waktu 12 jam. Pengawal tersebut juga harus memastikan pil tersebut ditelan oleh Brian. Selo sekali ya tugasnya 😀

Disatu sisi Brian Finch harus melakukan tugas dari Senator Morra dan sisi lain dia harus mendapatkan kepercayaan dari Rebecca Harris supaya tetap bekerja pada FBI. Rebecca Harris memberikan ultimatum, dia akan membantunya asalkan nggak pernah membohonginya. Itu yang selalu dipertahankan Brian dan pada akhirnya nggak bisa dia penuhi karena memihak dua kubu, Morra dan FBI.

Anehnya kenapa FBI malah mempekerjakan Brian dengan pengaruh pil NZT. Padahal mereka tahu persis itu pil terlarang dan keputusan menutupi kasus ini adalah ilegal. Harusnya mereka konsisten dengan merujuk Brian ke laboratorium penelitian, kenapa kok tubuhnya bisa kebal dengan NZT. Brian mengkonsumsi NZT tapi tidak ada efek samping seperti yang sudah saya jelaskan diatas.

FBI memang selalu menarik untuk dijadikan cerita ya :D. Jadi ngebayangin FBI ala Indonesia alias BIN kayak gini juga enggak ya? But, who knows. Mau ngorek anaknya pegawai BIN pun mereka nggak tau apa-apa. Padahal kan seru aja kalo diceritain gimana sih kok bisa ketangkep teroris ini, teroris itu. Duh malah ngoceh nggak jelas, balik ke review Limitless Season 2.

Cerita dalam setiap episode (1 episode 1 kasus) kadang eksekusinya masih kurang smooth, bagus tapi ada yang cacat. Loh lha piye? Saya ngerasanya pas nonton oke sih karena dibuat kagum sama NZT tapi kalo ditilik lebih detail lagi kok ada yang kurang bumbunya. Entahlah! Inti series ini sendiri juga berfokus pada NZT, FBI dan Morra. Masalah pribadi pemeran untuk menunjukkan emosi (biar yang nonton juga ikut greget gitu) kurang ditonjolkan tapi itu nggak mempengaruhi keasyikan saya dalam nonton series ini. Masalah cinta? Aduuuhhh ini genre bukan tentang romansa remaja jadi kalopun ada masalah percintaan hanya sebatas gerak gerik sebagai warning saja. Sampai akhir episode nggak ada kejelasan soal percintaan. Tapi berani taruhan sih, Brian dalam hatinya naruh hati sama Rebecca. Kita lihat di season selanjutnya yang entah kapan mau digarap dan ditayangkan 😦

Series ini layaknya NZT, bikin nagih lagi, lagi dan lagi kayak makan momogi cokelat. Nggak kerasa juga kok udah habis aja nih series. Suka banget sama Brian dengan celetukan-celetukan lucu saat masih terpengaruh pil NZT. Suka banget sama ke-cool-an Rebecca Harris saat menghadapi Brian. Jadi kalo lihat mereka lagi berinteraksi, si Brian ngelucu tapi nggak ditanggepin sama Harris, endingnya malah krik-krik banyak jangkrik. Kalo ekspresi saya pas lihat interaksi mereka ya jelas ngakak kenceng 😀

Senator Morra (Bradley Cooper) beneran sekelebat aja nongolnya. Tiap episode juga belum tentu nongol, jadi nggak usah ditungguin banget :D. Kunci filmnya sih sebenarnya ada di Morra. Darimana dia dapat imun NZT, siapa saja yang kerja sama dia, dan masih banyak pertanyaan yang muncul. Makanya nggak sabar nungguin Limitless Season 2.

Backsound *Menghitung hari*.

Rating: 3.5/5

6 pemikiran pada “Review Limitless Season 1: Nagih Sampai Ending

  1. Ping balik: Top 5 Drama Komedi Korea Romantis, Lawas Namun Tetap di Hati | Planet Lunars

Tinggalkan komentar