Diobok-obok airnya diobok-obok. Ada ikannya kecil-kecil pada mabok.
Lagunya Joshua terngiang sepanjang perjalanan menuju lokasi arung jeram di sungai Elo Magelang. Kekanak-kanakan banget kan? Tapi kalo udah ngomongin main air, orang yang udah berumur pun pasti senengnya ngalah-ngalahin balita deh. FYI, saya masih ABG (lah terus?).
Siang yang lumayan terik, kami menembus jalanan aspal hitam dari Jogja menuju Magelang di daerah komplek Candi Mendut. Perjalanan yang memakan kurang lebih satu jam itu nggak bakalan berasa banget kalo disambi ngobrol ato nyanyi *muter lagu diobok-obok*
Banyak pilihan agen arung jeram yang menawarkan pengarungan di sungai Elo dan Progo Atas. Kalo mau ngetik di gugel juga udah banyak infonya. So, jangan malas gugling ya! Diantara banyak agen, pilihan kami jatuh pada Mendut Rafting karena rekomendasi dari seorang teman. Lalu kenapa kami memilih sungai Elo? Sungai Elo mempunyai tingkat kesulitan grade 3 dengan jarak tempuh 12km. Artinya, grade 3 masih aman dilakukan oleh pemula. Tapi kalo sudah pernah nyoba arung jeram di Sungai Elo boleh coba arung jeram di sungai Progo Atas (grade 3+ dengan jarak tempuh 9km) yang lebih menantang.
Masih asyik bernyanyi lagu diobok-obok, eh kok udah nyampe di lokasi Mendut Rafting. Setelah sampai di basecamp, kami disambut hangat oleh pemilik basecamp. Beliau yang ramah langsung menunjukkan tempat untuk kami istirahat setelah menempuh perjalanan.
Jadwal pengarungan sekitar pukul 2 siang, pas nggak terlalu panas juga nggak kesorean setelah sampai finish nanti. Kenyang sama cemilan-cemilan pengisi perut sementara (iya, nanti ada ronde kedua), kami ganti baju perang (lah dikira mau tembak-tembakan). Dari basecamp kami sudah menggunakan helm dan pelampung. Mobil yang mengangkut perahu sudah parkir di depan basecamp, sebentar lagi kami diboyong menuju lokasi start point di Blondo. Perjalanan ke lokasi start rafting lumayan jauh, sekitar 15-20 menit. Lumayanlah kalo ditinggal merem bentar π
Sampai di lokasi start point, kami dipandu oleh seorang skipper. Nah, skipper ini adalah orang yang bertanggungjawab atas penumpang perahu saat di atas air. Skipper duduk paling belakang dan mengarahkan perahu supaya tetap berjalan lancar jangan sampai nyangkut diatas batu. Loh kok nyangkut diatas batu sih, katanya main di air? Weits, sebentar saya jelasin. Dibawah air sungai yang keruh dengan kedalaman yang berbeda pula (debit air juga mempengaruhi. Jika musim hujan debit air tinggi, kemungkinan perahu nyangkut diatas batu sangat kecil. Kalo musim kemarau debit air rendah, yang terjadi akan sebaliknya) ada batu-batu beraneka bentuk, yang kecil maupun besar. Terkadang jika debit rendah, batu tersebut sering mengganggu jalannya perahu sehingga nggak jarang sampai nyangkut dan perjalanan berhenti sejenak. Tenang saja, skipper adalah orang yang sudah makan asam garam dunia perarungan. Skipper yang handal pasti bisa mengatasi masalah tersebut dengan mudah.
Perahu dari angkutan yang dibawa dari basecamp diturunkan bareng-bareng. Sudah ada petugasnya juga kok, kita mah cukup bantuin bawain dayung. Sebelum mulai pengarungan, skipper selaku leader selama 3,5-4 jam ke depan memberikan instruksi untuk pemanasan kemudian dilanjutkan dengan instruksi yang berkaitan saat pengarungan. Skipper mengajari bagaimana cara memegang dayung yang benar, dayung maju, dan dayung mundur. Ketika skipper bilang stop (saat pengarungan) maka awak perahu wajib menyetop dayungan dan skipper bisa mengarahkan perahu dengan memafaatkan momentum jeram. Kita sebagai awak perahu malah diuntungkan karena nggak perlu capek-capek dayung. Hal yang wajib dan harus dilakukan saat arung jeram adalah TERIAK. Kena atau nggak kena air pokoknya, TERIAK. AAAAAAAKKK! AAAAKKK!! *lalu diceburin ke dalam air karena berisik*
Pemanasan sebelum pengarungan
Foto dulu sebelum basah kena air
Yak! Pengarungan dimulaiiii…..:-) Baca lebih lanjut →