Pengalaman Mendaki Pertamaku, Kalo Kamu Gimana?

via Ahmad Panjali Binzah

Akhir-akhir ini situasi sedang nggak bisa diajak kompromi. Nggak hanya saya saja yang merasakan, tapi oleh semua orang. Pergerakan roda ekonomi karena efek pandemi belum bisa kembali normal sepenuhnya. The New Normal yang akhirnya diambil sama Pemerintah disalah artikan oleh banyak orang. Gaes, the New Normal ini diambil untuk memulihkan perekonomian. Bukan berarti tuh virus udah hilang dan musnah dari bumi. Social Distancing tetep berlaku, miris sekali lihat berita karena PSBB dilonggarkan dan CFD kembali dibuka jadi membludak tuh manusia. Menciptakan kluster baru dan nggak sayang sama tenaga kesehatan yang sudah berjuang mati-matian.

Ya, dunia sedang mengalami polemik. Setiap negara punya kebijakan yang bermacam-macam untuk mengontrol laju penyebaran Covid-19. Perbedaan pandangan, pendapat, dari berbagai kalangan mulai masuk untuk mengisi dari semua sudut pandang. Termasuk keributan yang dibikin oleh Jerinya, hahaha. Habis nulis ini langsung takut di komen, “Email nomor kamu sat.” Yawla, galak pisan kang Jerinya kak Idung.

Oke, di sisi lain yang paling terkena dampak pandemi yaitu pariwisata dan aviasi. Sudah berapa kali anda reschedule dan refund tiket pesawat? Saya masih galau mau reschedule tiket buat tahun depan atau refund ke credit account.

Long story short, kemarin keinginan untuk jalan-jalan kembali menggebu-gebu. Sejak awal tahun saya buat resolusi, paling tidak ini jadi salah satu yang bisa saya wujudkan. Nggak tahu kenapa sejak tahun lalu kepikiran lagi buat naik gunung. Berawal dari halo halo dengan seorang teman yang ternyata dia ngelanjutin kuliah di Jogja. Dulu sempet jadi buddy pas selo kalo naik gunung, salah satu teman di komunitas di Jogja.

“Eh kamu masih suka naik gunung?” Tanyanya.

“Enggak, tapi tahun ini pengin mulai lagi.” Jawabku mantap.

“Aku juga kangen. Tapi isik podo ditutup.”

FYI, ini chat awal Januari tahun 2020. Belum ada pengumuman pandemi at least di Indonesia. Kalo Wuhan udah dari tahun lalu malah. Tender penawaran Outing ke China juga gagal gara-gara Corona. Kezel.

Gayung bersambut, ada temen nih masih berkutat sama kuliah kan. Agak gampang diajak main dan jadwalnya nggak sepadet orang kerja. Jadilah direncanakan ke Merbabu aja dulu. Lumayan buat pemanasan karena aku maunya ke Semeru sekitar Agustus nanti. Udah ngincer anak-anak kicik di kampus wajib Sumbing kapan, mau ikutan juga buat pemanasan. Biar nggak ngerepotin karena udah ribuan tahun nggak naik gunung, saya niat sekali 1-2x seminggu buat jogging. Dan rencana itu GAGAL. Bayangin aja, dulu diajakin saya tolak terus karena nggak yakin apakah saya masih bisa? lalu ketika sudah ada keinginan, Corona menggagalkan segalanya.

Ngomong-ngomong naik gunung, sepertinya naik gunung pertamanya itu pas barengan ada aku juga. Jadi, i know what he feels saat itu. Sama sekali nggak prepare dengan benar, apa yang dibawa dan belum tahu kebutuhan dirinya sendiri saat di ketinggian. Aku bawaannya pengin nampol aja. Hahaha.

Lalu, selintas seru nih mengulik cerita orang-orang yang naik gunung pertama kali seperti apa. Dunia seperti kasih kode, di twitter tiba-tiba ada teman yang tag foto. Teringat kenangan yang lalu sepertinya lucu ketika dikulik. Mengobati rasa kangen serta meredakan keinginan dengan cara posting foto jalan-jalan yang dulu aja.

Seperti saat ku bilang sama si Joe, “Aku mau share foto-foto sama klean semwah.”

“Silakan kak. Foto yang aku potret aja kak. Jos.” Jawabnya. Yang saya tolak mentah-mentah untuk di post.

Foto karya Yoga Christa via Phinemo

Pengalaman Mendaki Perdanaku

Jadi, pengalaman naik gunung pertamaku sepertinya di tahun 2008. Masih jadi anak kicik di kampus, ada kakak angkatan yang mau naik gunung ya tertarik banget. Nggak diajak tapi maksa ikut. Hahaha. Tujuan dari awal ini hanyalah camping ceria, jadi nggak ada niat tuh mau  muncak. Karena cuma mau nganterin Mas Soe camping, baik banget kan kami. Berangkat ber-7, cowok 2 orang, cewek 5 orang naik bus. Detailnya lupa sodara-sodara, sudah 12 tahun berlalu.

Pertama naik gunung dapet banyak wejangan dari mbak Idung, dicariin ini itu. Saya mah terima beres, lagian yang bawa barang berat tidak lain tidak bukan adalah Mas Soe. Hahaha. Selama perjalanan naik gunung masih tiada kesan, atau mungkin pengalaman naik gunung pertamaku ini memang nggak berkesan. Hanya merasakan perjalanan naik ke atas sambil becanda tahu-tahu udah nyampe aja di helipad. Bawa personil pelawak sih jadi nggak berasa berat di perjalanan karena ngakak melulu.

Kami semua sampai helipad lewat tengah malam, hampir subuh malah. Maklum bawa cewek-cewek siput, Mas Soe sama Mas Jack harus bersabar nunggu. Kata Mas Soe, kalo mau berniat ke puncak harus berangkat setelah subuh biar dapat sunrise. Tetapi karena niat awal adalah camping ceria, kami semua tidur dan nggak ada yang bangun atau berniat ke puncak. Random sekali memang. Selesai.

Meskipun nggak berkesan tapi satu yang pasti aku rasakan yaitu bau tanah dan udara di gunung itu bikin aku happy. Dari sekian banyak divisi, mungkin Rimba Gunung bukanlah keahlianku tapi selalu jadi favoritku. Salam dari Kabid yang nggak pernah merasakan jadi Kadiv. 🙂

Satu pemikiran pada “Pengalaman Mendaki Pertamaku, Kalo Kamu Gimana?

Tinggalkan komentar